Jumat, 06 Maret 2009

CRID Bangun Perdamaian di Kalbar

*Ikut Berdayakan Ekonomi Kerakyatan

severianus endi/tribun pontianak
edisi: Senin, 2 Maret 2009


Menciptakan perubahan sosial tanpa membangun perdamaian, sangatlah mustahil. Karena itu, gerakan membangun perdamaian ini harus dilakukan bersama-sama secara lintas agama dan etnis.

Gerakan semacam ini telah digagas dan dilakukan oleh Center for Research and Inter-Religious Dialogue (CRID), sejak terbentuk pada 18 September 2006 silam. Lembaga swadaya masyarakat ini merangkul semua kalangan yang berkehendak baik, untuk mewujudkan terciptanya perdamaian di tengah masyarakat.

"Penting untuk merekatkan seluruh komponen masyarakat, siapapun dia, apapun agama dan etnisnya. Tanpa membeda-bedakan, kita buka jaringan komunikasi melalui beragam kegiatan seperti diskusi dan penelitian," kata anggota Dewan Pembina CRID, Pastor Johanes Robini Marianto OP, kepada Tribun, Minggu (1/3) di Pontianak.

Robini menegaskan, CRID tidak menyentuh ranah politik praktis. Karena jika berpolitik, maka gerakan menciptakan perdamaian ini akan terkotak-kotak yang akhirnya menimbulkan perpecahan.

"Dalam statua organisasi tegas dinyatakan, CRID tidak berpolitik praktis. Jika ada anggota yang berpolitik praktis, harus mengatasnamakan pribadi, bukan lembaga," tegasnya.

Saat ini, CRID tengah mempersiapkan sebuah riset yang dibiayai oleh Ordo Dominika di Roma, Itali. Penelitian ini hendak menelaah pengaruh ajaran agama terhadap perilaku sosial dan pribadi masyarakat.

Namun, tak terbatas tematik seperti itu. CRID juga bergerak di bidang ekonomi kerakyatan, dengan membangun lembaga kredit lintas agama dan etnis.
"Kita baru saja membangun Credit Union Batera 23 Februari lalu. Harapannya, siapapun dia bisa ikut bergabung dan bersama-sama membangun ekonomi keluarga," jelas Robini yang juga lulusan program doktoral dari Saint Thomas University, Philiphina.

CRID baru saja menggelar seminar dan workshop bertemakan Mambangun Paradigma Inklusif Lewat Aksi Bersama yang Holistik. Kegiatan ini digelar pada 26-27 Februari di Wisma Nusantara, Kota Pontianak.

Bangun Ekonomi Kerakyatan
Direktur Center for Research and Inter-Religious Dialogue (CRID), Paulus Florus, mengatakan kemiskinan ekonomis keluarga seringkali sebagai akibat kemiskinan mental dan hati yang menyangkut moral, emosi, dan spiritual. Sebaliknya, kemiskinan ekonomis dapat memperkuat kemiskinan mental dan hati.

"Jadi semacam lingkaran rantai kemiskinan. Untuk melepaskan semua itu, perlu tindakan praksis pengembangan pendidikan, keterampilan, kesehatan, pekerjaan dan akses ke sumber daya ekonomi atau kebiasaan hidup," ujar Florus.

Ia menilai, pemberdayaan ekonomi suatu keluarga akan semakin efektif, melalui pengembangan usaha bersama keluarga lain. Karena itu, diperlukan pengorganisasian dan penghimpunan modal terlebih dahulu.

"Ini hanya dapat berhasil, apabila kejujuran dan saling percaya benar-benar menjiwai seluruh kegiatan manajemennya," tegas Florus. (*)